DEFINISI BAHAN INDUK
Bahan induk adalah bahan pemula tanah, yang tersusun dari bahan organik dan atau mineral. Bahan induk dapat berasal dari bahan tanah yang diendapkan dari tempat lain sebagai akibat proses transportasi oleh angin dan angin. Menurut Jenny (1941) bahan induk adalah keadaan tanah pada waktu nol (time zero) dari proses pembentukan tanah. Melalui proses pelapukan, batuan berubah menjadi bahan induk, dan dengan adanya proses pelapukan lebih lanjut serta proses-proses pembentukan tanah lain, bahan induk berubah menjadi tanah dalam waktu yang lama.
Dalam ilmu tanah , bahan induk merupakan bahan geologi yang mendasari (umumnya batuan dasar atau deposito atau drift dangkal) di mana tanah cakrawala bentuk. Tanah biasanya mewarisi banyak struktur dan mineral dari bahan induk mereka, dan, dengan demikian, seringkali digolongkan berdasarkan isi bahan mineral konsolidasi atau tidak dikonsolidasi yang telah mengalami tingkat pelapukan fisik atau kimia dan mode dimana bahan yang paling baru diangkut.
Pengaruh bahan induk terhadap pembentukan tanah ditentukan oleh:
a. Sifat kristalin (beku, sedimen, malihan)
b. Tekstur (kasar, sedang, halus)
c. Komposisi mineral
d. Tingkat kemantapan
JENIS-JENIS BAHAN INDUK
Dalam proses pembentukan tanah terdapat bahan induk yang menyusun pembentukan tanah. Jenis-jenis bahan induk tersebut adalah sebagai berikut:
1. Batuan
Batuan dapat didefinisikan sebagai bahan padat yang terjadi didalam membentuk kerak bumi, batuan pada umumnya tersusun atas dua mineral atau lebih. Berdasarkan cara terbentuknya batuan dapat dibedakan menjadi 3 jenis batuan, yaitu beku, batuan endapan dan batuan malihan.
· Batuan Beku
Batuan beku atau batuan vulkanik terbentuk oleh magma yang berasal dari letusan gunung berapi, batuan beku atau batuan vulkanik terdiri dari meneral yang tinggi dan banyak mengandung unsur hara tanaman. Di Indonesia batuan vulkanik memegang peranan yang lebih penting, hal ini di sebabkan karena gunung berap[i tersebar mana-mana, dan karena letesan gunung berapi yang menghasilkan batuan vulkanik yang menyebabkan kesuburan tanah. Selain atas dasar terjadinya batuan vulkanik juga dapat dibagi atas dasar kandungan kadar Si O2 nya menjadi tiga golongan, yaitu, batuan asam yang berkadar Si O2 lebih dari 65%, batuan intermedier yang kadar Si o2 antar 52% s/d 65% dan batuan basis yang berkadar Si O2 kurang dari 52%.
· Batuan Sedimen
Batuan endapan terjadi karena proses pengendapan bahan yang diangkut oleh air atau udara dalam waktu yang lama. Ciri untuk membedakan batuan endapan dan batuan lainnya yaitu, batuan endapan biasanya berlapis, mengandung jasad (fosil) atau bekas-bekasnya dan adanya keseragaman yangnyata dari bagian-bagian berbentuk bulat yang menyusun.
Adanya lapisan dalam batuan ini disebabkan karena timbunan lapisan pengendapan yang masing-masing berbeda bahan, tekstur, warna dan tebalnya. Perbedaan ini terutama di sebabkan oleh karena perbedaan waktu pengendapan dan bahan yang diendapkannya.jika bahan yang diendapkannya seragam maka ciri akan terlihat kurang jelas. Batuan endapan dari bahan-bahan yang diendapkan dari hasil pecahan batuan yang telah ada sebelumnya. Proses pelapukan batuan endapan dapat terjadi melalui gerakan bumi, seperti gempa bumi, patahan,timbulan,bahkan lipatan, dan tekanan akibat temperartur, juga bisa diakibatkan oleh tenaga mahkluk hidup saeperti akar dan hewan, maupun gaya kimia yang di sebabkan oleh gaya kimia seperti CO2, O2 asam organik dan sebagainya.
· Batuan Malihan
Batuan malihan terbentuk dari batuan beku atau batuan endapan atau juga dapat terbentuk dari batuan malihan lainnya yang mengalami proses perubahan susunan dan sentuknya yang akibatkan oleh pengaruh panas, tekanan atau gaya kimia. Batuan malihan adalah batuan yanga memiliki sifat-sifat akibat telah malihnya batuan semula baik batuan beku maupun endapan. Yang di namakan proses malihan adalah jumlah proses yang bekerja dalam zone pelapukan dan menyebabkan pengkristalan kembali bahan induk. Adapun sarat tejadinya proses malihan yaitu di sebabkan oleh temperatur tinggi, tekanan kuat, dan waktu lama.
Bahan mineral berasal dari pelapukan batuan, bahan mineral di dalam batuan yang melapuk tidaklah sama, sehingga susunan mineral di dalam tanah akan tidak sama, tergantung batuan yang melapuk.
Mineral merupakan kumpulan dari kristal-kristal sedangkan kristal adalah suatu persenyawaan yang mempunyai bentuk tertentu sebagai hasil reaksi antara dua atau lebih unsur-unsur kimia kulit bumi. Mineral dapat dibagi ke dalam mineral primer, asesoria, dan sekunder.
· Mineral primer, merupakan sumber utama unsur kimia dan bahan pokok senyawa organik di tanah. Mineral primer ini menguasai fraksi kasar seperti pasir dan debu yang merupakan partikel tanah dengan diameter 0,002-1 mm. Contoh: feldspar, amfibol, kuarsa, piroksin, dll.
· Mineral asesoria, merupakan campuran dari bermacam-macam mineral yang terdapat dalam jumlah kecil dalam sistem mineralogi batuan. Mineral ini tahan terhadap pelapukan dan tergabung dalam kuarsa di dalam partikel pasir. Contoh: apatit, rutil, magnetit, zirkon, pirit, dll.
· Mineral sekunder, mineral ini dibentuk dari pelapukan mineral primemr yang kurang tahan terhadap pelapukan dan menguasai fraksi halus, seperti liat, dengan diameter kurang dari 0,002 mm. Contoh: illit, kaolinit, monmorilonit, mika,dll.
2. Bahan organik
Bahan organik merupakan bahan induk yang berasal dari proses akumulasi penimbunan hutan rawa / vegetasi rawa dan hewan. Bahan ini merupakan sisa yang dinamis mengalami pelapukan oleh jasad-jasad renik tanah. Karena itu bahan ini merupakan bahan transisi tanah dan harus terus diperbaharui dengan penambahan atau sisa tumbuhan atau bahan organik lainnya.
Bahan organik brperan terhadap kesuburan tanah dan berpengaruh juga ketahanan agregat tahan. Juga bahan organik mempunyai pengaruh terhadap warna tanah yang menjadikan warna tanah coklat kehitaman.serta terhadap ketersediaan hara dalam tanah.
Tumbuhan menjadi sumber utama bagi bahan organik, pada keadaan alami tumbuhan menyediakan bahan organik yang sangat besar, akibat pencernaan oleh mikro organisme bahan organik tercampur tercampur dalam tanah secara proses imfiltasi. Beberapa bentuk kehidupan seperti cacing, rayap, dan semut berperan penting dalam pengangkutan tanah.
Faktor yamg mempengaruhi bahon organik tanah yaitu, kedalaman tanah yang mentukan kadar bahan bahan organik yang ditentukan pada kedalaman 20 cm dan makin kebawah makin berkurang, faktor iklim menyebabkan bilamana semakin rendahnya susu maka makin tinggi pula bahan organik uyang terkandung dalam tanah.
Bahan organik terbentuk dari beberapa bentuk karbon organik, meliputi:
a) Karbon organik yang menyusun organisme hidup (makro, meso dan makro organisme),
b) Karbon organik yang menyusun jaringan organisme yang sudah mati tetapi belum terdekomposisi atau masih utuh,
c) Karbon organik yang menyusun bahan organik yang sedang dalam proses dekomposisi aktif, dan
d) Karbon organik yang menyusun bahan hasil dekomposisi yang bersifat lebih resisten yang disebut humus. Tanah yang banyak mengandung bahan organik ataupun humus adalah tanah lapisan atas atau top soil, dan semakin ke bawah kandungan bahan organiknya semakin rendah. Tanah disebut tanah organik jika kandungan bahan organiknya diatas 20% (untuk tanah pasir) atau diatas 30% (untuk tanah liat) dan tebal diatas 40 cm.
PROSES PEMBENTUKAN TANAH
Proses pembentukan tanah didahului oleh penghancuran dan pelapukan dan diteruskan dengan perkembangan profil tanah. Pelapukan dibedaakan atas pelapukan fisik atau disentegrasi dan pelapukan kimia atau dekomposisi. Proses desintegrasi berupa penghancuran batuan secara fisik tanpa merubah susunan kimianya. Dekomposisi adalah perubahan susunan kimia bahan. Kedua proses biasanya berlangsung bersama-sama dan saling mempengaruhi satu sama lainnya, sehingga sukar dibedakan hasil pelapukannya. Untuk di Indonesia, proses pelapukan kiia lebih berpengaruh daripada proses pelapukan fisika. Gaya-gaya desintegrasi menyebabkan batuan dan mineral menjadi kecil tanpa mengubah susunannya. Pelapukan menyebabkan perubahan-perubahan kimia, bahan-bahan larut dihasilkan dan mineral baru tertinggal sebagai hasil akhir yang tahan pelapukan.
Proses desintegrasi dan kimia dapat diringkas sebagai berikut:
a. Mekanik (desintegrasi)
· Suhu (pemuaian, penciutan)
· Erosi dan pengendapan oleh air, es, dan angin.
· Pengaruh tanaman dan binatang.
b. Kimia (dekomposisi)
· Hidrolisis
· Oksidasi
· Pelarutan
· Hidrasi
· Karbonisasi
PENGARUH SIFAT BAHAN INDUK TERHADAP SIFAT-SIFAT TANAH
Pengaruh bahan induk terhadap pembentukan tanah ditentukan oleh:
1. Bahan induk
2. Tekstur
3. Komposisi mineral
4. Tingkat kemantapan
Sebagai bahan induk, batuan dapat dibedakan atas sifat kristalin (beku, kristali, malihan), tekstur (kasar, sedang, halus). Potensi suatu bahan induk dalam pembentukan tanah ditentukan oleh rasio mineral mudah lapuk terhadap mineral tahan lapuk (mineral resisten), yang umumnya disebut indeks pelapukan.
Tingkat ketahanan mineral primer terhadap pelapukan disajikan dalam skema sebagai berikut:
Olivin
Piroksin
Amfibol Plagioklas
Biotit (Felspat Na, Ca)
Muskovit
Kwarsa
Paling sulit lapuk
Skema Kemudahan Lapuk Mineral
(Notohadiprawiro, T)
Komposisi mineral merupakan sifat bahan induk yang paling penting, karena sifat-sifat ini menentukan sifat fisika dan kimia tanah yang terbentuk. Bahan induk yang bersifat masam, menghasilkan tanah yang mempunyai kendungan kalsium, magnesium, kalium, besi, dan mangan yang rendah, tetapi mempunyai cadangan silika yang tinggi. Hali ini disebabkan oleh komposisi mineral batuan masam yang didominasi oleh silika dan felspar.
Berdasarkan kemantapannya bahan induk yang bersifat tidak mantap misalnya endapan alluvial menghasilkan tanah yang pembentukannya tidak didahului oleh proses pelapukan. Sebaliknya pada bahan induk yang mantap misalnya granit, perkembangan tanah selalu didahului dengan proses pelapukan. Tekstur bahan induk menentukan tekstur tanah yang terbentuk. Oleh karena itu, seringkali dijumpai bahwa bahan induk yang mengandung butir kuarsa berukuran pasir umumnya menghasilkan tanah yang mempunyai tekstur berpasir meskipun telah mengalami proses pelapukan yang hebat.
JENIS-JENIS TANAH YANG DIHASILKAN OLEH BAHAN INDUK
Interaksi antara faktor-faktor pembentuk tanah akan menghasilkan tanah dengan sifat-sifat yang berbeda. Berdasarkan pada faktor pembentuk dan sifat tanah inilah, beberapa ahli mengklasifikasikan tanah dengan klasifikasi yang berbeda. Berikut jenis-jenis tanah menurut asal bahan induk:
· Tanah Humus
Humus merupakan senyawa kompleks asal jaringan organik tanaman dan atau hewan yang telah dimodifikasi atau sintesis oleh mikroba, yang bersifat agak resisten terhadap pelapukan, berwarna coklat, amorfus (tanpa bentuk/ non kristalin) dan bersifat koloidal. Tanah humus memiliki daya kohesi dan plastisitas rendah, sehingga mengurangi sifat lekat tanah dan membantu granulasi agregat tanah. Tersusun dari lignin dan protein kasar. Tanah ini berwarna coklat kehitaman sehingga dapat menyebabkan warna tanah menjadi gelap.
· Tanah Organosol atau Tanah Gambut
Tanah jenis ini berasal dari bahan induk organik dari hutan rawa mempunyai ciri warna cokelat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat sampai dengan agak lekat, dan kandungan unsur hara rendah. Tanah ini terbentuk karena adanya proses pembusukan dari sisa-sisa tumbuhan rawa. Banyak terdapat di rawa Sumatra, Kalimantan, dan Papua, kurang baik untuk pertanian maupun perkebunan karena derajat keasaman tinggi.
· Tanah Aluvial
Bahannya berasal dari material halus yang diendapkan oleh aliran sungai. Oleh karena itu, tanah jenis ini banyak terdapat di daerah datar sepanjang aliran sungai. Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan.
· Tanah Mediteran Merah Kuning
Tanah jenis ini berasal dari batuan kapur keras (limestone). Penyebaran di daerah beriklim subhumid, topografi karst dan lereng vulkan dengan ketinggian di bawah 400 m. Warna tanah cokelat hingga merah. Khusus tanah mediteran merah kuning di daerah topografi karst disebut ”Terra Rossa”.
· Tanah Regosol
Bahan induk tanah ini berasal dari endapan abu vulkanik baru yang memiliki butir kasar. Penyebaran terutama pada daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di daerah Sumatra bagian timur dan barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
· Tanah Litosol
Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh Indonesia.
· Tanah Latosol
Latosol tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan ketinggian tempat berkisar 300–1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan gunung api kemudian mengalami proses pelapukan lanjut.
· Tanah Grumusol
Jenis ini berasal dari batu kapur, batuan lempung, tersebar di daerah iklim subhumid atau subarid, dan curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun.
· Tanah Podsolik
Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih 2.500 mm/ tahun. Tekstur lempung hingga berpasir, kesuburan rendah hingga sedang, warna merah, dan kering.
· Tanah Podsol
Jenis tanah ini berasal dari batuan induk pasir. Penyebaran di daerah beriklim basah, topografi pegunungan, misalnya di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan Papua Barat. Kesuburan tanah rendah
· Tanah Andosol
Tanah jenis ini berasal dari bahan induk abu vulkan. Penyebaran di daerah beriklim sedang dengan curah hujan di atas 2.500 mm/ tahun tanpa bulan kering. Umumnya dijumpai di daerah lereng atas kerucut vulkan pada ketinggian di atas 800 meter. Warna tanah jenis ini umumnya cokelat, abu-abu hingga hitam.
3 komentar:
kok ga ada daftar pustakanya? perlu nih
Makasih kak, lengkap banget....:)
Posting Komentar