GUNUNG API


A.    Pengertian
Gunung api adalah tempat atau bukaan darimana batuan kental pijar atau gas, dan umumnya kedua-duanya, keluar dari dalam bumi ke permukaan, dan bahan batuan yang mengumpul di sekeliling bukaan itu membentuk bukit atau gunung (Macdonald, 1972). Tempat atau bukaan yang dimaksud adalah kawah. Batuan kental pijar dan gas di sini adalah magma.

B.     Sebaran Gunung Api Aktif di Indonesia

Menurut van Bemmelen gunung api di Indonesia ada 128 buah. Bentuk gunung api di Indonesia dari Pulau Sumatera hingga kepulauan Sangir-Talaud melengkung seperti busur. Di Indonesia sebaran gunung api aktif dibagi menjadi empat busur gunung api, yaitu:
1.      Busur gunung api Sunda, meliputi Pulau Sumatera, Pulau Jawa. Dan Kepulauan Nusa Tenggara.
2.      Busur Gnung Api Banda, merupakan kelompok gunung api yang ada di Kepulauan Banda.
3.      Busur Gunung Api Halmahera, mencakup gunung api yang ada di Halmahera dan Maluku
4.      Busur Gunung Api Sulawesi Utara – Kepulauan Sangihe, merupakan kelompok gunung api yang terdapat di Sulawesi Utara kea rah utara hingga Kepulauan Sangir-Talaud atau Sangihe.

C.     Sebaran Gunung Api Berdasarkan Tekonik Lempeng

Berdasarkan teori tektonik lempeng, pemunculan gunung api dapat dibagi menjadi lima kelompok:
1.      Gunung api yang muncul di pemekaran samudera
2.      Gunung api yang muncul di pemekaran kerak benua
3.      Pulau gunung lautan, gunung api ini muncul sebagai akibat penyempitan kerak samudera
4.      Busur gunung api tepi benua, akibat penunjaman kerak samudera ke bawah kerak benua. Beberapa ahli membagi kelompok gunung api tepi benua menjadi dua subkelompok berdasarkan kenampakan fisiografinya, yaitu:
-          Gunung api secara sensu strict, benar-benar berada di tepi benua
-          Busur gunung api kepulauan, yaitu jajaran kepulauan gunung api yang letaknya di antara samudera dan benua, serta dengan benua itu sendiri dipisahkan oleh laut.
5.      Gunung api di batas kerak samudera, akibat dua kerak samudera saling bertumbukan.

D.    Bentuk dan Struktur Gunung Api
Secara umum dan berdasarkan kegiatannya, gunung api dibedakan menjadi:
1.      Gunung Api Monogenesa (monogenetic volcanoes)
Gunung api monogenesa dalah gunung api yang terbentuk oleh satu erupsi atau satu fase erupsi saja sehingga waktu hidupnya lebih pendek dan ukurannya relative kecil. Magma yang keluar ke permukaan bumi dalam waktu relative pendek, dengan volume kecil, energy rendah, atau bahkan hanya melibatkan bahan gas akan memebentuk gunung api yang relative kecil
2.      Gunung Api Poligenesa (polygenetic volcanoes)
Gunung api poligenesa adalah gunung api yang terbentuk oleh banyak atau berulang kali erupsi, di mana fase erupsi satu dengan lainnya dipisahkan oleh waktu istirahat panjang dan sering melibatkan berbagai jenis magma.

E.     Jenis-jenis Erupsi
Erupsi gunung api adalah proses keluarnya magma dari dalam bumi ke permukaan (ekstrusi maupun intrusi).
1.      Erupsi berdasarkan asal-usul bahan penyusun
-          Erupsi magmatic, yaitu erupsi yang menghasilkan bahan padat langsung berasal dari magma
-          Erupsi freatik atau hidroklastika, yaitu erupsi di mana bahan padat yang dilontarkan keluar dari lubang kawah berasal dari batuan samping. Tenaga letusan berasal dari gas bertekanan tinggi yang dihasilkan oleh interaksi antara magma yang bertemperatur tinggi dengan air tanah sehingga terbentuk uap air dan gas gunung api.
-          Letusan freatomagnetik, yaitu letusan di mana sebagian besar bahan yang dilontarkan dari batuan lama, dan sebagian kecil langsung dari magma. Letusan ini merupakan campuran dari letusan freatik dengan letusan magmatic.

2.      Erupsi berdasarkan sifat kegiatan
-          Erupsi lelehan, yaitu keluarnya lava secara meleleh.
-          Erupsi letusan, yaitu keluarnya magma secara meletus
-          Kombinasi erupsi Efusif dengan eksplosif, erupsi ini biasanya diantarai oleh fase istirahat yang beragam.

3.      Erupsi berdasarkan lokasi

-          Erupsi pusat, apabila erupsi terjadi di kawah pusat yang biasanya terletak di puncak kerucut gunung api utama
-          Erupsi lereng, bila erupsi terletak di lereng kerucut gunung api utama
-          Erupsi eksentrik, bila letak erupsi di luar tubuh gunung api utamanya. Erupsi ini dapat berada di kaki atau datarn di sekitar gunung api utama.

4.      Erupsi berdasarkan kejadian yang khas
-          Letusan Plinial
Merupakan jenis letusan dahsyat yang mengakibatkan kerusakan parah terhadap wilayah di sekitarnya. Magma pada letusan Plinial sangat kental dan memiliki kandungan gas yang sangat tinggi. Material piroklastik yang dihasilkan dalam letusan ini dapat terlempar sampai setinggi 48 km di udara, dengan kecepatan ratusan kilometer per detik.
Letusan Plinial dapat berlangsung selama beberapa jam, atau bahkan beberapa hari, dan mengeluarkan asap tebal yang membubung tinggi di udara. Material vulkanik yang terkandung dalam asap ini berjatuhan di wilayah-wilayah sekitar gunung tersebut. Kadang bukan hanya di satu sisi, tergantung dari arah angin yang menerbangkannya. Tambahan lagi, letusan Plinian dapat mengeluarkan aliran lava yang bergerak sangat cepat dan memusnahkan apa pun yang dilaluinya.

-          Letusan Hawaiian
Letusan jenis ini tidak terlalu eksplosif juga tidak terlalu merusak. Letusan ini tidak memancarkan terlalu banyak material piroklastik ke udara, melainkan lebih banyak mengeluarkan lava yang tidak terlalu kental dengan kandungan gas rendah. Lava mengalir dengan bermacam cara, namun yang paling menarik adalah air mancur api yang berwarna oranye terang yang memancar setinggi ratusan meter ke udara. Cara lainnya yang juga sering dijumpai adalah lava mengalir secara teratur dari satu lubang, yang akhirnya membentuk danau atau kolam lava pada kawah atau cekungan lainnya. Lava yang mengalir dan memancar dari air mancur api dapat merusak tanaman dan pepohonan di sekitarnya, namun gerakannya cukup lamban sehingga memungkinkan penduduk sekitar untuk mengungsi dan menyelamatkan diri. Letusan ini dinamakan Letusan Hawaii karena jenis letusan ini memang umum dijumpai pada pegunungan berapi di Kepulauan Hawaii.

-          Letusan Strombolian
Letusan ini mengeluarkan sejumlah kecil lava yang menjulang setinggi 15 hingga 90 meter ke udara, dengan letupan-letupan pendek. Lava cukup kental, sehingga tekanan gas harus terlebih dulu meningkat sebelum mampu mendesak material-material terbang ke udara. Ledakan-ledakan yang teratur pada letusan ini dapat menimbulkan bunyi dentuman seperti suara bom, namun letusannya relatif kecil. Letusan Strombolian, secara umum tidak menghasilkan aliran lava, namun sebagian lava mungkin akan menyertai proses letusan. Letusan ini juga mengeluarkan sejumlah kecil abu tepra.

-          Letusan Vulkanian
Seperti halnya letusan Strombolian, letusan Vulkanian juga disertai dengan ledakan-ledakan pendek. Namun diameter asap yang membubung ke udara pada letusan ini biasanya lebih besar dibanding pada letusan Strombolian, dan asap ini sebagian besar tersusun oleh material piroklastik. Ledakan diawali dengan keluarnya magma kental dengan kandungan gas yang tinggi, dimana sebagian kecil tekanan gas mendorong magma terlempar ke udara. Selain abu tepra, letusan Vulkanian juga meluncurkan gumpalan-gumpalan piroklastik seukuran bola sepak ke udara. Umumnya, letusan Vulkanian ini tidak disertai dengan aliran lava.

-          Letusan St. Vincent
Erupsi yang disertai dengan lava yang kental dan tekanan gas sedang, berasal dari dapur magma yang dangkal disebut dengan tipe letusan St. Vincent. Contoh Gunung Kelud di Jawa Timur.

-          Letusan Tipe Merapi
Letusan tipe ini mengeluarkan lava kental sehingga menyumbat mulut kawah. Akibatnya, tekanan gas menjadi semakin bertambah kuat dan memecahkan sumbatan lava. Sumbatan yang pecah-pecah terdorong ke atas dan akhirnya terlempar keluar. Material ini menuruni lereng gunung sebagai ladu atau gloedlawine. Selain itu, terjadi pula awan panas (gloedwolk) atau sering disebut wedhus gembel. Letusan tipe merapi sangat berbahaya bagi penduduk di sekitarnya.

-          Letusan Hidrovulkanik
Bila letusan gunung berapi terjadi di dekat samudra, awan mendung, atau wilayah lembab lainnya, interaksi antara magma dan air dapat menciptakan gumpalan asap yang unik. Sebenarnya dalam proses ini magma yang panas memanaskan air sehingga menjadi uap. Perubahan bentuk yang cepat dari air ke uap dapat menyebabkan ledakan dalam partikel-partikel air, yang dapat memecahkan material piroklastik, dan kemudian menciptakan debu api. Letusan hidrovulkanik sangat bervariasi. Sebagian lebih banyak diwarnai oleh letupan-letupan pendek, sebagian lainnya ditandai dengan munculnya bubungan asap yang bertahan selama beberapa saat. Letusan ini juga dapat melelehkan salju dalam skala besar, yang mengakibatkan terjadinya tanah longsor dan banjir bandang.

-          Letusan Rekahan (Fissure Eruptions)
Tidak semua letusan gunung berapi dimulai dengan ledakan yang disebabkan oleh tekanan gas. Letusan rekahan terjadi apabila magma mengalir ke atas melalui celah-celah di tanah dan bocor keluar ke permukaan. Ini seringkali terjadi pada lokasi dimana pergeseran lempeng menimbulkan retakan besar di penampang bumi, dan mungkin juga menciptakan landasan gunung berapi dengan sebuah lubang di bagian tengahnya. Letusan rekahan ditandai dengan adanya tirai api, sebuah tirai yang memuntahkan lava ke atas permukaan tanah. Letusan rekahan dapat mengeluarkan aliran lava yang sangat berat, meskipun lavanya sendiri umumnya bergerak dengan sangat lamban.

0 komentar:

Posting Komentar