-SECRET-



Entah berapa lama sudah. Aku terlalu angkuh untuk meneteskan air yang tertahan di serambi mata. Tapi hati selalu bergetar tiap mengingatnya. Ini bukanlah kisah cinta seperti kebanyakan. Tak semudah itu mengungkapkan, karena aku sama sekali tak ingin mengungkapkannya. Aku bagai penyiksa ulung yang sudah bertahun-tahun membelenggu dan menahan selaksa rasa yang tumbuh secara alami semenjak aku bayi. Bukannya aku tidak tahu. Tapi aku enggan. Benar-benar enggan dan TIDAK INGIN.


Jika ditanya apakah aku benci?? Jelas jawabnya TIDAK. 
Atau mungkin aku terlalu malu-malu seperti remaja yang tengah menginjak massa puber?? Jelas bukan. Aku sudah terlalu dewasa untuk dibilang anak ABG, tapi aku masih saja seperti anak kecil yang sedang pura-pura tidak tahu apa-apa. Bukankah ini begitu menyiksa? Benar-benar menyiksa. 


Entah dengan apa aku menilik kembali ingatanku. Meraba-raba bagian otak yang masih mengingat raut wajah itu. Sungguh sulit. Yang aku ingat senyum teduhnya. Iya, senyum itu yang membuatku tak ingin membuka mata saat aku mulai mengingatnya. Terus apa lagi? Aku mulai mengingat tiap peluh yang ia keluarkan untuku. Tulus... Setulus do'a ibu untukku. Coba ingat lebih banyak lagi. Iya aku mulai merasa aliran darahnya mengalir ditubuhku. Dan aku tak sanggup lagi mengingat lebih jauh. Hentikan saja. Aku terlalu lemah untuk menahan air mata. 


Sisi lain dari hati kecilku selalu menuduhku pembohong (Tapi aku tidak berbohong. Sungguh.). Dia bilang "kenapa tak kau katakan  saja rasa SAYANG dan RINDUmu itu?". Tapi aku hanya bisa diam. Hanya dengan do'a kutunjukkan seberapa aku merindu. Dan biarkan saja. Tulisan-tulisan aneh dan sulit dimengerti ini tetap kulayangkan, tanpa tujuan. 

0 komentar:

Posting Komentar