Tertunduk melantunkan kalimat sakti-Mu
Seribu butir kesombongan gugur dari kelopak mata
Sayup-sayup gemercik nikmat di beranda
Mengalir diiringi angkuhnya malam yang menggetarkan urat nadi
Menggigilkan jemari
Rindu memasuki jiwa dengan paksa
Meronta sia-sia
Raga tak kuasa lepas
Tak pernah rela direnggut waktu
Dinding-dinding bisu menangis
meratapi jam dinding yang terus berpacu
tak tentu
Hina dina manusia
Tak sadar dengan kesalahan yang sama
Terulang, kembali, lupa
Begitu seterusnya
0 komentar:
Posting Komentar