2.1 Masa Remaja
Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Namun, penelitian tentang perubahan perilaku, sikap dan nilai-nilai sepanjang masa remaja tidak hanya menunjukkan bahwa setiap perubahan terjadi lebih cepat pada awal masa remaja dari pada tahap akhir masa remaja, tetapi juga menunjukkan bahwa perilaku, sikap dan nilai-nilai pada awal masa remaja berbeda dengan pada akhir masa remaja. Dengan demikian secara umum masa remaja dibagi menjadi masa remaja awal dan masa remaja akhir. (Hurlock, 1980:206)
Garis pemisah antara awal masa remaja dengan akhir masa remaja terletak kira-kira di sekitar usia tujuh belas tahun, usia saat dimana rata-rata setiap remaja memasuki sekolah menengah tingkat atas. Karena rata-rata laki-laki lebih lambat matang dari pada anak perempuan, maka laki-laki mengalami periode awal masa remaja yang singkat, meskipun pada usia delapan belas tahun ia sudah dianggap dewasa, seperti halnya anak perempuan. Akibatnya, seringkali laki-laki tampak kurang matang untuk usianya dibandingkan dengan perempuan. Namun, dengan status yang lebih matang di rumah dan di sekolah, biasanya laki-laki cepat menyesuaikan diri dan menunjukan perilaku yang lebih matang, yang sangat berbeda dengan perilaku remaja yang lebih muda.
Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas tahun atau tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja merupakan periode yang sangat singkat. Awal masa remaja biasanya disebut sebagai ”usia belasan”, kadang-kadang bahkan disebut ”usia belasan yang tidak menyenangkan”. Meskipun remaja yang lebih tua sebenarnya masih tergolong ”anak belasan tahun,”sampai ia mencapai usia dua puluh satu tahun, namun istilah belasan tahun yang secara popular dihubungkan dengan pola perilaku khas remaja muda jarang dikenakan pada masa remaja yang lebih tua. Biasanya disebut ”pemuda” atau ”pemudi”, atau malahan disebut ”kawula muda”, yang menunjukkan bahwa masyarakat belum melihat adanya perilaku yang matang selama awal masa remaja.
2.2 Pertumbuhan Fisik yang Dialami Remaja
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat dalam perjalanan waktu tertentu.
Pertumbuhan fisik remaja perempuan:
1) Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang)
2) Membesarnya payudara
3) Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kelamin
4) Mencapai pertumbuhan ketinggian yang maksimum setiap tahunnya
5) Bulu kemaluan menjadi keriting
6) Menstruasi/haid
7) Tumbuh bulu-bulu di ketiak
8) Pinggul melebar melebihi lebar bahu
9) Suara bertambah nyaring
Pertumbuhan fisik remaja laki-laki:
1) Pertumbuhan tulang-tulang
2) Testis (buah pelir) membesar
3) Tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap
4) Awal perbuatan suara
5) Ejakulasi (keluarnya air mani)
6) Bulu kemaluan menjadi keriting
7) Pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya
8) Tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot)
9) Tumbuh bulu ketiak
10) Akhir perubahan suara
11) Rambut-rambut di wajah bertambah tebal dan gelap
12) Tumbuh bulu di dada
13) Bahu melebar melebihi pinggul
14) Tumbuh jakun
15) Perubahan jaringan kulit menjadi lebih kasar dan pori-pori membesar
Percepatan pertumbuhan dan proses kematangan seksual setiap individu tidak sama. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Fakor keturunan
Seorang anak akan memiliki postur tubuh seperti yang dimiliki oleh orang tuanya. Misalnya, seorang ayah yang bertubuh tinggi, anaknya akan memiliki tubuh yang tinggi juga.
2) Gizi
Anak yang memperoleh gizi cukup biasanya pertumbuhannya sedikit lebih cepat mencapai taraf atau masa remaja dibandingkan mereka yang kekurangan gizi.
3) Gangguan Emosional
Anak yang terlalu sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya ”steroid adrenal” yang berlebihan, dan ini akan membawa akibat berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan di kelenjar pituitary.
4) Jenis Kelamin
Anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dari pada anak perempuan, kecuali pada usia 12 dan15 tahun anak perempuan biasanya sedikit lebih tinggi dan lebih berat dari pada anak laki-laki. Terjadinya perbedaan berat dan tinggi tubuh ini karena bentuk tulang dan otot pada anak laki-laki memang berbeda dari anak perempuan.
5) Status Sosial Ekonomi
Anak-anak yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah, cenderung lebih kecil dari pada anak yang berasal dari keluarga yang status ekonominya menengah apalagi tinggi.
6) Kesehatan
Anak-anak yang sehat dan jarang sakit, biasanya akan memiliki tubuh yang lebih berat dari anak yang sering sakit.
7) Bentuk Tubuh
Bentuk tubuh yang dimiliki seseorang mempengaruhi besar kecilnya tubuh. Misalnya, anak yang bentuk tubuhnya mesamorf akan lebih besar dari pada yang endomorph atau ektomorf karena lebih gemuk dan berat.
2.2 Pertumbuhan Psikis Remaja
Sikap remaja awal yang berkembang, terutama menonjol dalam bidang sosial, lebih-lebih sikap sosial yang berhubungan dengan teman sebaya. Sikap positif remaja awal terhadap teman sebaya berkembang dengan pesat setelah remaja mengenal adanya kepentingan dan kebutuhan yang sama. Sikap solidaritas dirasakan dalam kehidupan kelompok baik dalam kelompok yang sengaja dibentuk maupun yang terbentuk dengan sendirinya. Simpati dan merasakan perasaan orang lain telah mulai berkembang dalam usia remaja awal. Remaja berusaha bersikap sesuai dengan norma-norma kelompoknya. Sikap penyesuaian diri dengan teman-teman sebaya selalu dipertahankan, walaupun hal itu dapat menimbulkan pertentangan-pertentangan orang tua dengan orang tuanya akibat perbedaan nilai.
Rasa sedih merupakan sebagian emosi yang sangat menonjol dalam masa remaja awal. Remaja sangat peka terhadap ejekan-ejekan yang dilontarkan kepada diri mereka. Kesedihan yang sangat akan muncul, jika ejekan-ejekan itu datang dari teman-teman sebaya, terutama yang berlainan jenis. Sebaliknya, perasaan gembira biasanya akan tampak manakala si remaja mendapat pujian, terutama pujian terhadap diri atau hasil usahanya.
Bentuk-bentuk emosi yang sering tampak dalam masa remaja awal antara lain adalah marah, malu, takut, cemburu, cemas, iri hati, sedih, gembira, kasih sayang, dan rasa ingin tahu. Dalam hal emosi yang negatif, umumnya remaja belum bias mengontrolnya dengan baik. Sebagian remaja dalam bertingkah laku sangat dikuasai oleh emosinya.
Dalam kehidupan sosial remaja, mereka mulai tertarik kepada lawan jenisnya dan mulai berpacaran. Secara biologis anak perempuan lebih cepat matang dari anak laki-laki. Gadis yang berusia 14 sampai dengan 18 tahun lebih cenderung untuk tidak merasa puas dengan perhatian pemuda yang seusia dengannya. Karena itu mereka tertarik kepada pemuda yang usianya beberapa tahun di atasnya.
Remaja akhir (18 bagi wanita dan 20 bagi pria) mempunyai sikap yang lebih stabil. Hal ini berarti remaja senang atau tidak senang, suka atau tidak suka terhadap suatu obyek tertentu, didasarkan oleh hasil pemikirannya sendiri. Walaupun dalam banyak hal, remaja masih sering digoyahkan pendiriannya oleh orang tua mereka, yang disebabkan oleh masih adanya ketergantungan ekonomi pada orang tua mereka. Secara umum, dapat dikatakan bahwa pengaruh-pengaruh atau propaganda orang lain yang berusaha mengarahkan atau merubah sikap pandangnnya yang diyakini benar, akan dinilainya berdasarkan ukuran baik atau buruk, benar atau salah. Pertentangan-pertentangan pendapat dalam hal-hal tertentu dihadapinya dengan sikap tenang.
Satu diantara sikap yang kuat dalam masa remaja akhir adalah tertutup terhadap orang dewasa khususnya terhadap pemecahan persoalan-persoalan yang dihadapi. Hal ini timbul sebab keinginan mereka menentukan sikap dan keinginan untuk menjadi indepeden serta memecahkan persoalan-persoalannya sendiri. Biasanya remaja terbuka terhadap kelompok teman-teman sebayanya (kelompok akrab). Dalam kelompok-kelompok akrab itulah si remaja akhir berdiskusi sampai menghabiskan waktu berjam-jam.
2.3 Pengaruh Pertumbuhan Fisik Remaja Terhadap Kondisi Psikis Remaja
Perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik. Diantara perubahan-perubuhan fisik itu, yang terbesar mempengaruhi psikis remaja adalah pertumbuhan tubuh, badan menjadi tinggi dan panjang, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (haid bagi remaja wanita, dan mimpi basah bagi remaja laki-laki).
Perubahan-perubahan fisik itu menyebabkan kecanggungan bagi remaja karena dia harus menyesuaikan diri dengan perubahan perubahan yang terjadi pada diri sendiri. Pertumbuhan badan yang mencolok misalnya, atau pembesaran payudara yang cepat, membuat remaja merasa tersisih dari teman sebayanya. Demikian pula dalam menghadapi haid dan mimpi basah yang pertama, remaja perlu mengadakan penyesuaian tingkah laku.
Dalam masa remaja perubahan yang terjadi sangat mencolok dan jelas sehingga dapat mengganggu keseimbangan yang sebelumnya sudah terbentuk. Perilaku mereka mendadak menjadi sulit diduga dan sering kali agak melanggar norma sosial yang berlaku umum. Perilaku yang sulit diduga itu seperti mudah tersingung, tidak dapat diikuti jalan pikirannya atau perasaannya, ada juga kecenderungan menarik diri dari keluarga atau teman dan lebih senang menyendiri menentang kewenangan (orang tua dan guru), mendambakan kemandirian, kritis terhadap orang lain, tidak melakukan tugas di rumah ataupun di sekolah, dan sangat tampak bahwa dirinya tidak bahagia karena mereka merasa sangat tidak nyaman. Ketidak nyamanan itu misal dapat terlihat saat mereka sering mengeluh, gelisah, nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan, sakit kepala, dan sakit punggung. Gangguan ini sesungguhnya banyak dialami oleh remaja perempuan daripada laki-laki, bahkan beberapa anak laki-laki sama sekali tidak merasakannya. Semua gangguan itu tidak mendorong anak remaja berperilaku sesuai dengan harapan masyarakat.
Gangguan yang dialami remaja merupakan kondisi emosi yang masih labil karena berhubungan erat dengan keadaan hormonnya. Suatu saat remaja bisa sedih sekali, di lain waktu remaja bisa marah sekali. Hal ini terlihat pada remaja yang baru putus cinta atau yang baru saja tersinggung. Jika sedang senang remaja mudah lupa diri karena tidak mampu menahan emosi yang meluap-luap , bahkan remaja mudah terjerumus pada tindakan yang tidak bermoral. Misalnya, remaja yang sedang asyik berpacaran bisa terlanjur hamil sebelum mereka dinikahkan, bunuh diri karena putus cinta, dan juga membunuh orang karena marah. Jadi emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis.
Remaja juga sering memperhatikan keadaan tubuhnya yang mengalami proses perubahan. Tanggapan atas perubahan tubuhnya itu tapat digolongkan menjadi 2, yaitu mereka yang terlalu memperhatikan normal tidaknya diri mereka sendiri dan mereka yang terlalu memikirkan tepat tidaknya perkembangan kelaminnya. Bila mereka memperhatikan teman sebayanya, dan ternyata mereka berbeda dengan teman sebayanya, maka akan segera muncul di pikirannya tentang normal tidaknya diri mereka.
Dengan pertumbuhan fisik remaja yang semakin berkurang, kecanggungan pada masa puber dan awal masa remaja pada umunya menghilang, karena remaja yang lebih besar sudah mempunyai waktu tertentu untuk mengawasi tubuhnya yang semakin membesar. Remaja juga terdorong untuk menggunakan kekuatan baru yang diperoleh dan selanjutnya merupakan bantuan untuk mengawasi setiap kecanggungan yang timbul kemudian.
Hanya sedikit remaja yang merasa puas atas dengan perkembangan fisik yang ada pada dirinnya. Kebanyakan remaja merasa kecewa dan menjadi mempunyai konsep diri yang kurang baik dan kurangnya harga diri selama masa remaja. Keprihatinan akan tubuh yang dihadapi remaja merupakan lanjutan dari berbagai keprihatinan diri yang dialami masa remaja dan, yang pada awal tahun-tahun remaja didasarkan pada kondisi-kondisi yang masih berlaku. Kesadaran akan adanya reaksi sosial terhadap berbagai bentuk tubuh menyebabkan remaja prihatin akan pertumbuhan tubuhnya yang tidak sesuai dengan standart budaya yang berlaku.
Bagi banyak anak perempuan, haid merupakan masalah yang serius, seperti kejang, bertambah gemuk, sakit kepala, sakit punggung, pembangkakan lutut, kehalusan payudara, dan mengalami perubahan emosi seperti perubahan suasana hati, sedih, gelisah, dan kecenderungan menangis tanpa sebab yang jelas. Jerawat dan gangguan kulit merupakan sumber kegelisahan bagi anak-anak laki-laki maupun anak perempuan. Suburnya jerawat membuat remaja laki-laki merasa sedih. Kesedihan lebih besar karena mereka sadar bahwa jerawat mengurangi daya tarik fisik dan karena mereka tidak dapat menggunakan kosmetik untuk menutupinya seperti anak laki-laki.
2.4 Peran Orang Tua dalam Menyikapi Pertumbuhan Fisik dan Psikis Remaja
Dalam masa pubertas, setiap orang melalui proses lahir kembali yang berlangsung lama dan agak menyakitkan untuk menemukan pribadinya dalam kedewasaan. Ia merasa tidak lama lagi untuk cukup besar, cukup pandai, dan sanggup untuk berdiri sendiri. Dorongan shahwatnya menjadi kuat. Ini semuanya membangkitkan kembali perasaan persaingan dan perlawanan terhadap orang tua yang telah berkuasa selama itu. Ia sangsi atas kebenaran peraturan, cita-cita, dan cara hidup orang tuanya. Akan tetapi sejak kecilnya ia telah dibentuk, dan ia sendiri pun telah membentuk dirinya, mencontoh orang tuanya. Ia mempersoalkan akan kekuasaan orang tua, mengeluh dan membantah, dan segala soal kecil yang tampaknya besar pada suatu saat. Di dalam dirinya terjadi kebingungan apakah ia akan menjadi seperti orang tuanya, atau mencari jati dirinya sendiri yang berbeda dengan orang tuanya.
Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam menyikapi perkembangan anaknya karena orang tua yang mengetahui perkembangan anak dari kecil sampai dewasa. Maka dari itu orang tua lebih mudah untuk mengontrol dan mengarahkan anak-anak mereka sesuai dengan karakter yang dimiliki anak. Hal ini dikarenakan sifat remaja yang masih labil, sehingga dibutuhkan suatu cara yang tepat agar anak tersebut mengikuti apa yang dikatakan orang tua tanpa ada keterpaksaan. Orang tua dapat memberi perlindungan pada anak dalam batas-batas tertentu, misalnya sopan santun, kepatuhan, dan tingkahlaku lain pada umumnya. Teladan orang tua akan memberi pengaruh yang sangat besar.
Pada masa pubertas terjadi reaksi yang kadang mencemaskan orang tua yaitu perubahan jasmani dan rohani yang sangat besar, sehingga anak itu hampir tidak mengenal jati dirinya dan tidak tahu kemana dia akan pergi. Keadaan seperti ini merupakan keadaan yang menakutkan sehingga dia berusaha untuk mencari keamanan dengan cara megabdikan diri menjadi fanatik pada agama. Orang tua dalam hal ini seharusnya di awal perkembangan remaja memberikan pembekalan pendidikan agama yang kuat. Sehingga remaja tersebut meskipun mengalami perkembangan fisik yang kurang sesuai dengan kehendaknya, remaja tersebut masih bisa menerima apa yang ada dalam dirinya.
0 komentar:
Posting Komentar