MINYAK BUMI DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA

1. Pengertian Minyak Bumi
Minyak bumi berasal dari bahasa Inggris yaitu petroleum dan dari bahasa Latin petrus yang artinya karang dan oleum yang artinya minyak. Selain itu, minyak bumi dijuluki juga sebagai emas hitam, yaitu cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak Bumi. Minyak bumi disebut juga minyak mineral karena diperoleh dalam bentuk campuran dengan mineral lain.Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya.

Minyak bumi tidak dihasilkan dan didapat secara langsung dari hewan atau tumbuhan, melainkan dari fosil. Karena itu, minyak bumi dikatakan sebagai salah satu dari bahan bakar fosil. Namun, menurut beberapa ilmuwan menyatakan bahwa minyak bumi merupakan zat abiotik, yang berarti zat ini tidak berasal dari fosil tetapi merupakan zat anorganik yang dihasilkan secara alami di dalam bumi. Namun, pandangan ini diragukan secara ilmiah karena hanya memiliki sedikit bukti yang mendukung.

2. Proses Terbentuknya Minyak Bumi dan Pengolahan
a. Proses Pembentukan Minyak Bumi
Teori proses pembentukan minyak yang dikenal hingga saat ini ada dua teori besar yaitu teori anorganik dan teori organik. Teori anorganik ini saat ini jarang dipakai dalam eksplorasi migas. Salah satu pengembang teori anorganik ini adalah para penganut creationist atau penganut azas penciptaan, yaitu anti teori evolusi. Teori anorganik ini sering juga dikenal teori abiotik atau abiogenic.

Proses pembentukan minyakbumi berdasar teori organik
Minyak bumi secara alami dibuat oleh alam yang bahan dasarnya adalah tumbuhan. Menurut studi perminyakan, diketahui bahwa tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi akan lebih banyak menghasilkan gas ketimbang menghasilkan minyak bumi. Hal ini disebabkan karena rangkaian karbonnya juga semakin kompleks.

Setelah ganggang-ganggang ini mati, maka akan teredapkan di dasar cekungan sedimen. Keberadaan ganggang ini bisa juga dilaut maupun di sebuah danau. Jadi ganggang ini bisa saja ganggang air tawar, maupun ganggang air laut. Tentu saja batuan yang mengandung karbon ini bisa batuan hasil pengendapan di danau, di delta, maupun di dasar laut. Batuan yang mengandung banyak karbonnya ini yang disebut Source Rock (batuan Induk) yang kaya mengandung unsur Carbon (high TOC-Total Organic Carbon).

Proses pembentukan carbon dari ganggang menjadi batuan induk ini sangat spesifik. Itulah sebabnya tidak semua cekungan sedimen akan mengandung minyak atau gasbumi. Kalau saja carbon ini teroksidasi maka akan terurai dan bahkan menjadi rantai carbon yang tidak mungkin dimasak.

Proses pengendapan batuan ini berlangsung terus menerus. Kalau saja daerah ini terus tenggelam dan terus ditumpuki oleh batuan-batuan lain diatasnya, maka batuan yang mengandung karbon ini akan terpanaskan. Semakin kedalam atau masuk amblas ke bumi, akan bertambah suhunya.

Reservoir (batuan Sarang)
Ketika proses penimbunan ini berlangsung tentu saja banyak jenis batuan yang menimbunnya. Salah satu dari batuan tersebut yang nantinya akan menjadi batuan reservoir atau batuan sarang. Pada prinsipnya segala jenis batuan dapat menjadi batuan sarang, yang penting ada ruang pori-pori didalamnya. Batuan sarang ini dapat berupa batupasir, batugamping bahkan batuan volkanik.


Proses migrasi dan pemerangkapan
Minyak yang dihasilkan oleh batuan induk yang termatangkan ini tentu saja berupa minyak mentah. Walaupun berupa cairan, minyak bumi yang mentah ini ciri fisiknya berbeda dengan air. Dalam hal ini sifat fisik yang terpenting yaitu berat-jenis dan kekentalan. Walaupun kekentalannya lebih tinggi dari air, namun berat jenis minyak bumi lebih kecil. Demikianlah dengan minyak yang memiliki berat jenis lebih rendah dari air ini akhirnya akan cenderung ber”migrasi” keatas. Ketika minyak tertahan oleh sebuah bentuk batuan yang menyerupai mangkok terbalik, maka minyak ini akan tertangkap atau lebih sering disebut terperangkap dalam sebuah jebakan (trap).

Proses pematangan batuan induk (Source rock)
Seperti disebutkan diatas bahwa pematangan source rock (batuan induk) ini karena adanya proses pemanasan. Juga diketahui semakin dalam batuan induk akan semakin panas dan akhirnya menghasilkan minyak. Proses pemasakan ini tergantung dari suhu dan karena suhu ini tergantung dari besarnya gradien geothermalnya maka setiap daerah tidak sama tingkat kematangannya. Daerah yang dingin adalah daerah yang gradien geothermalnya rendah, sedangkan daerah yang panas memiliki gradien geothermal tinggi.

Minyak terbentuk pada suhu antara 50-180 derajat Celsius. Tetapi puncak atau kematangan terbagus akan tercapai bila suhunya mencapai 100 derajat Celsius. Ketika suhu terus bertambah karena cekungan itu semakin turun dalam yang juga diikuti penambahan batuan penimbun, maka suhu tinggi ini akan memasak karbon yang ada menjadi gas.

b. Pengolahan Minyak Bumi
Minyak mentah yang baru dipompakan ke luar dari tanah dan belum diproses umumnya tidak begitu bermanfaat. Agar dapat dimanfaatkan secara optimal, minyak mentah tersebut harus diproses terlebih dahulu di dalam kilang minyak. Kilang minyak (oil refinery) adalah pabrik/fasilitas industri yang mengolah minyak mentah menjadi produk petroleum yang bisa langsung digunakan maupun produk-produk lain yang menjadi bahan baku bagi industri petrokimia. Produk-produk utama yang dihasilkan dari kilang minyak antara lain: minyak bensin (gasoline), minyak disel, minyak tanah (kerosene).

Minyak mentah merupakan campuran yang amat kompleks yang tersusun dari berbagai senyawa hidrokarbon. Di dalam kilang minyak tersebut, minyak mentah akan mengalami sejumlah proses yang akan memurnikan dan mengubah struktur dan komposisinya sehingga diperoleh produk yang bermanfaat.

Secara garis besar, proses yang berlangsung di dalam kilang minyak dapat digolongkan menjadi 5 bagian, yaitu:
1) Proses Distilasi, yaitu proses penyulingan berdasarkan perbedaan titik didih. Proses ini berlangsung di Kolom Distilasi Atmosferik dan Kolom Destilasi Vakum.
2) Proses Konversi, yaitu proses untuk mengubah ukuran dan struktur senyawa hidrokarbon. Termasuk dalam proses ini adalah:
a) Dekomposisi dengan cara perengkahan termal dan katalis (thermal and catalytic cracking)
b) Unifikasi melalui proses alkilasi dan polimerisasi
c) Alterasi melalui proses isomerisasi dan catalytic reforming
3) Proses Pengolahan (treatment). Proses ini dimaksudkan untuk menyiapkan fraksi-fraksi hidrokarbon untuk diolah lebih lanjut, juga untuk diolah menjadi produk akhir.
4) Formulasi dan Pencampuran (Blending), yaitu proses pencampuran fraksi-fraksi hidrokarbon dan penambahan bahan aditif untuk mendapatkan produk akhir dengan spesikasi tertentu.
5) Proses-proses lainnya, antara lain meliputi: pengolahan limbah, proses penghilangan air asin (sour-water stripping), proses pemerolehan kembali sulfur (sulphur recovery), proses pemanasan, proses pendinginan, proses pembuatan hidrogen, dan proses-proses pendukung lainnya.

Tahap awal proses pengilangan berupa proses distilasi (penyulingan) yang berlangsung di dalam Kolom Distilasi Atmosferik dan Kolom Distilasi Vacuum. Di kedua unit proses ini minyak mentah disuling menjadi fraksi-fraksinya, yaitu gas, distilat ringan (seperti minyak bensin), distilat menengah (seperti minyak tanah, minyak solar), minyak bakar (gas oil), dan residu. Pemisahan fraksi tersebut didasarkan pada titik didihnya.
Kolom distilasi berupa bejana tekan silindris yang tinggi (sekitar 40 m) dan di dalamnya terdapat tray-tray yang berfungsi memisahkan dan mengumpulkan fluida panas yang menguap ke atas. Fraksi hidrokarbon berat mengumpul di bagian bawah kolom, sementara fraksi-fraksi yang lebih ringan akan mengumpul di bagian-bagian kolom yang lebih atas.

Fraksi-fraksi hidrokarbon yang diperoleh dari kolom distilasi ini akan diproses lebih lanjut di unit-unit proses yang lain, seperti: Fluid Catalytic Cracker, dll.

3 Eksplorasi Minyak Bumi di Indonesia
Eksplorasi atau pencarian minyak bumi merupakan suatu kajian panjang yang melibatkan beberapa bidang kajian kebumian dan ilmu eksak. Untuk kajian dasar, riset dilakukan oleh para geologis, yaitu orang-orang yang menguasai ilmu kebumian. Mereka adalah orang yang bertanggung jawab atas pencarian hidrokarbon tersebut.
1. Kajian Geologi
Secara ilmu geologi, untuk menentukan suatu daerah mempunyai potensi akan minyak bumi, maka ada beberapa kondisi yang harus ada di daerah tersebut. Jika salah satu saja tidak ada maka daerah tersebut tidak potensial atau bahkan tidak mengandung hidrokarbon. Kondisi itu adalah:
a. Batuan Sumber (Source Rock)
Yaitu batuan yang menjadi bahan baku pembentukan hidrokarbon. biasanya yang berperan sebagai batuan sumber ini adalah serpih. batuan ini kaya akan kandungan unsur atom karbon (C) yang didapat dari cangkang - cangkang fosil yang terendapkan di batuan itu. Karbon inilah yang akan menjadi unsur utama dalam rantai penyusun ikatan kimia hidrokarbon.
a) Tekanan dan Temperatur
Untuk mengubah fosil tersebut menjadi hidrokarbon, tekanan dan temperatur yang tinggi diperlukan. Tekanan dan temperatur ini akan mengubah ikatan kimia karbon yang ada di batuan menjadi rantai hidrokarbon.
b) Migrasi
Hirdokarbon yang telah terbentuk dari proses di atas harus dapat berpindah ke tempat dimana hidrokarbon memiliki nilai ekonomis untuk diproduksi. Di batuan sumbernya sendiri dapat dikatakan tidak memungkinkan untuk di ekploitasi karena hidrokarbon di sana tidak terakumulasi dan tidak dapat mengalir. Sehingga tahapan ini sangat penting untuk menentukan kemungkinan eksploitasi hidrokarbon tersebut.
c) Reservoar
Adalah batuan yang merupakan wadah bagi hidrokarbon untuk berkumpul dari proses migrasinya. Reservoar ini biasanya adalah batupasir dan batuan karbonat, karena kedua jenis batu ini memiliki pori yang cukup besar untuk tersimpannya hidrokarbon. Reservoar sangat penting karena pada batuan inilah minyak bumi di produksi.
d) Perangkap (Trap)
Sangat penting suatu reservoar di lindungi oleh batuan perangkap. tujuannya agar hidrokarbon yang ada di reservoar itu terakumulasi di tempat itu saja. Jika perangkap ini tidak ada maka hidrokarbon dapat mengalir ketempat lain yang berarti ke ekonomisannya akan berkurang atau tidak ekonomis sama sekali. Perangkap dalam hidrokarbon terbagi 2 yaitu perangkap struktur dan perangkap stratigrafi.
Kajian geologi merupakan kajian regional, jika secara regional tidak memungkinkan untuk mendapat hidrokarbon maka tidak ada gunanya untuk diteruskan. Jika semua kriteria di atas terpenuhi maka daerah tersebut kemungkinan mempunyai potensi minyak bumi atau pun gas bumi. Sedangkan untuk menentukan ekonomis atau tidaknya diperlukan kajian yang lebih lanjut yang berkaitan dengan sifat fisik batuan. Maka penelitian dilanjutkan pada langkah berikutnya.

2. Kajian Geofisika
Setelah kajian secara regional dengan menggunakan metoda geologi dilakukan, dan hasilnya mengindikasikan potensi hidrokarbon, maka tahap selanjutnya adalah tahapan kajian geofisika. Pada tahapan ini metoda - metoda khusus digunakan untuk mendapatkan data yang lebih akurat guna memastikan keberadaan hidrokarbon dan kemungkinannya untuk dapat di ekploitasi. Data-data yang dihasilkan dari pengukuran pengukuran merupakan cerminan kondisi dan sifat-sifat batuan di dalam bumi. Ini penting sekali untuk mengetahui apakan batuan tersebut memiliki sifat - sifat sebagai batuan sumber, reservoar, dan batuan perangkap atau hanya batuan yang tidak penting dalam artian hidrokarbon. Metoda-metoda ini menggunakan prinsip-prinsip fisika yang digunakan sebagai aplikasi engineering. Metoda-metoda tersebut adalah:
a) Eksplorasi seismik
Ini adalah ekplorasi yang dilakukan sebelum pengeboran. Kajiannya meliputi daerah yang luas. Dari hasil kajian ini akan didapat gambaran lapisan batuan didalam bumi.
b) Data resistiviti
Prinsip dasarnya adalah bahwa setiap batuan berpori akan diisi oleh fluida. Fluida ini bisa berupa air, minyak, atau gas. Membedakan kandungan fluida di dalam batuan salah satunya dengan menggunakan sifat resistan yang ada pada fluida. Fluida air memiliki nilai resistan yang rendah dibandingkan dengan minyak, demikian pula nilai resistan minyak lebih rendah dari pada gas. Dari data log kita hanya bisa membedakan resistan rendah dan resistan tinggi, bukan jenis fluida karena nilai resitan fluida berbeda beda dari tiap daerah. sebagai dasar analisa fluida perlu kita ambil sampel fluida didalam batuan daerah tersebut sebagai acuan kita dalam interpretasi jenis fluida dari data resistiviti yang kita miliki.
c) Data porositas
d) Data berat jenis
Data ini diambil dengan menggunakan alat logging dengan bantuan bahan radioaktif yang memancarkan sinar gamma. Pantulan dari sinar ini akan menggambarkan berat jenis batuan. Dapat kita bandingkan bila pori batuan berisi air dengan batuan berisi hidrokarbon akan mempunyai berat jenis yang berbeda.

4. Daerah Penghasil Minyak Bumi di Indonesia
Sumber minyak bumi di Indonesia pertama kali ditemukan di Langkat (Sumatra utara) pada tahun 1883. Daerah penambangan dan pengilangan minyak bumi di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Sumatera bagian utara
Lapangan gas alam di Arun, aceh. Lapangan minyak bumi: lapangan Julu Rayeu, Serang Jaya, Pangkalan Susu, Pulu Panjang dan Telaga Said DKG
2. Sumatera bagian tengah
Lapangan minyak Minas (sumur minas merupakan lapangan minyak terbesar di Asia Tenggara), lapangan minyak Adnan, Bekasap, Duri dan Kota Batak.
3. Sumatera bagian selatan
Lapangan minyak Bajubang dan Tampino, Jambi. Sumatera Selatan: lapangan minyak Mangun Jaya, Babat Ukui, Suban Burung, Kluang dan Pendopo Talang Akar.
4. Jawa Barat
Lapangan minyak Jatibarang, Randengan dan Arimbi.
5. Jawa Timur
Lapangan minyak Cepu dan Kruka Surabaya
6. Kalimantan Timur
Lapangan minyak Tanjung (di Barito) dan lapangan minyak Tarakan (di Tarakan).
7. Laut Cina Selatan
Lapangan Minyak di Natuna
8. Irian Jaya
Di Salawati, yaitu lapangan minyak Klamono dan Klamunuk. Di Bintuni, yaitu lapangan minyak Mogoi dan Wasian.
Sekarang ini Indonesia termasuk penghasil minyak bumi terbesar kelima di dunia.

5. Cadangan Minyak Bumi dan Kelangkaan yang Terjadi di Indonesia
a.  Cadangan Minyak Bumi di Indonesia
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral menargetkan komposisi minyak bumi dalam mencukupi kebutuhan energi nasional turun menjadi 20 persen pada 2025. Sesuai Peraturan Presiden Nomor 05 tahun 2006, angka ini mengalami penurunan signifikan dari bauran energi 2006, di mana komposisi minyak bumi mencapai lebih dari 50 persen. Bila melihat komposisi bauran, penggunaan energi minyak bumi mengalami penurunan. Namun, jika dilihat dari jumlah energi yang diperlukan, angka ini tetap meningkat.

Pertumbuhan kebutuhan minyak bumi di Indonesia mencapai 7 persen per tahun. Dengan hitungan itu, kebutuhan minyak bumi pada 2025 sebesar 1 juta barel per hari. Saat ini, lifting minyak mentah Indonesia berada pada 954 ribu barel per hari. Angka ini masih di bawah target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, 960 barel per hari. Hingga saat ini tercatat 29,1 persen perusahaan nasional yang bergerak di bidang migas. Sedangkan perusahaan asing 60,4 persen, dan konsorsium 10,4 persen.

Cadangan minyak bumi di Indonesia diprediksi tersisa sekitar 3,9 miliar barel. Dengan kondisi yang semakin menipis ini, cadangan minyak hanya cukup untuk 11 tahun ke depan. Untuk mengatasi hal itu, masyarakat Indonesia alangkah baiknya mulai berhemat dan mengurangi ketergantungan pada penggunaan minyak bumi. Jika tidak bisa direm, maka minyak bumi Indonesia akan terkikis.

Cara yang paling banyak digunakan untuk memperkirakan mulainya krisis minyak adalah Hubbert Peak yang diperkenalkan oleh ahli geofisika M. King Hubbert. Hubbert Peak adalah sebuah model untuk mengestimasi puncak dari produksi minyak dunia. Pada tahun 1971, Hubbert mencoba untuk memprediksi puncak produksi minyak, kali ini untuk produksi minyak dunia. Menurut beliau, puncak produksi minyak dunia akan terjadi pada tahun 1995-2000. Prediksi ini meleset karena sampai saat ini produksi minyak dunia masih menunjukkan peningkatan. Tetapi ada kemungkinan ini disebabkan oleh faktor-faktor lain yang dapat menunda peak ini, yaitu: krisis energi 1997, perang teluk, dan resesi pada tahun 1980 dan 1990-an.

Freddie Hutter dari Trendlines.ca –salah satu kritikus dari ASPO– berpendapat bahwa Hubbert Peak akan terjadi pada tahun 2010. Freddie Hutter juga melakukan kompilasi beberapa pendapat mengenai kapan Hubbert Peak ini akan terjadi.

Di atas adalah perkiraan peak produksi minyak untuk seluruh dunia. Lalu bagaimana dengan peak di Indonesia? Menurut publikasi BP yang berjudul “Statistical Review of World Energy 2005″, produksi minyak tertinggi Indonesia terjadi pada tahun 1977, dengan rata-rata sebesar 1685 ribu barrel/hari. Setelah itu, produksi minyak Indonesia tidak pernah lagi mencapai angka tersebut. Pada tahun 2004, produksi minyak Indonesia hanyalah sebesar 1126 ribu barrel/hari. Angka ini sudah berada di bawah konsumsi BBM Indonesia yang jumlahnya sebesar 1150 ribu barrel/hari.

Menurut BP, cadangan minyak Indonesia yang dapat dibuktikan keberadaannya hanyalah sekitar 4.7 miliar barrel. Memorandum ini mengatakan bahwa minyak bumi Indonesia akan habis dalam waktu 15-20 tahun, gas alam dalam waktu 35-40 tahun dan batubara dalam waktu 60-75 tahun.

Untuk mengatasi permasalahan menipisnya cadangan minyak bumi ini masyarakat Indonesia seharusnya harus berhati-hati, berhemat dalam pemanfaatan dan penggunaan minyak bumi. Selain itu perlu juga mencari energi alternatif lain yang bisa menggantikan minyak bumi.

0 komentar:

Posting Komentar