PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP SEKSUALITAS REMAJA

Heni Puja Astuti

Abstrak. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Oleh karena itu pendidikan seks harus sudah diberikan sejak dini. Oleh karena remaja kurang mendapat informasi dan pengetahuan tentang masalah seksualitas, akhirnya meraka mencari atau mendapatkan dari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya seperti di sekolah atau perguruan tinggi, membahas dengan teman-teman, buku-buku tentang seks, media massa, atau internet. Dengan tidak adanya pengawasan dari orang tua, penggumaan teknologi ini akan berdampak kurang baik terhadap perkembangan seksualitas remaja. Mereka dapat dengan mudah membuka situs-situs porno melalui kecanggihan teknologi yang ada saat ini.
Keywords: teknologi, seksualitas, remaja

Kemajuan teknologi saat ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Teknologi telah menjadi bagian fungsional dalam berbagai struktur masyarakat, terutama televisi, komputer, dan internet yang telah mengambil alih beberapa fungsi sosial masyarakat. Masyarakat juga mulai mengalami ketergantungan untuk menggunakan teknologi saat ini, entah itu disadari atau tidak.

Konvergensi yang terbesar dalam pandangan sosial di zaman ini adalah ketika ditemukannya telepon, televisi, dan komputer, kemudian ketiga teknologi ini dapat disatukan dalam sebuah teknologi baru bernama internet yang akhirnya berkembang tanpa batas (Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si, 2005:8). Disebut tanpa batas karena berbagai informasi yang ada di belahan dunia ini dapat langsung diketahui berkat kemajuan teknologi. Tentu kemajuan teknologi ini menyebabkan perubahan yang begitu besar pada kehidupan umat manusia dengan segala peradaban dan kebudayaannya. Perubahan ini juga memberikan dampak yang begitu besar terhadap transformasi nilai-nilai yang ada di masyarakat. Khususnya masyarakat dengan budaya dan adat ketimuran seperti Indonesia.

Saat ini, di Indonesia sangat besar pengaruh kemajuan teknologi terhadap nilai-nilai kebudayaan yang dianut masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun pedesaan, mulai dari anak-anak, remaja, dan kalangan dewasa. Kemajuan teknologi seperti televisi, telepon genggam, internet, dan teknologi lainnya sangat mudah dijumpai dan telah menjamur di mana-mana.

Menurut para ahli psikologi masa remaja merupakan masa yang paling rentan dalam perkembangan kejiwaan anak. Pada usia remaja ini, anak telah meninggalkan usia kanak-kanak di mana mereka tidak dapat disebut lagi sebagai anak kecil, tapi juga belum bisa diterima dalam kelompok orang dewasa. Pada masa ini anak telah mulai mencari-cari siapa dirinya sebenarnya (looking for identity/Identity formation), berusaha untuk menemukan kelompok atau teman-teman yang mau mengakui kemampuan dan menghargai dirinya dan telah mulai memiliki minat terhadap lawan jenis (minat seksual). Remaja cenderung berenergi tinggi, tidak stabil, senantiasa berubah, dan mengukur segalanya dengan ukuran diri sendiri. Usia remaja dapat menjadi suatu masa yang membingungkan. Tubuh remaja mengalami perubahan yang begitu mendadak dan cepat. Cara berpikirnya irasional serta perubahan perasaan bisa terjadi secara tiba-tiba. Oleh karena itu pada massa ini butuh perhatian ekstra dari orang tua.

Masa remaja adalah masa pencarian jati diri, dan dalam proses pencarian jati diri itu remaja bisa saja melalui jalan yang benar maupun jalan yang salah. Apabila remaja gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya, maka remaja akan kehilangan arah bagaikan kapal yang kehilangan kompas, dan itu akan berdampak tidak baik terhadap perkembangan kepribadiannya di masa yang akan datang. Itulah sebabnya masa remaja adalah masa yang paling rawan terhadap pengaruh yang datang dari luar. Baik pengaruh positif ataupun pengaruh negatif, disinilah peran sebagai orang tua dibutuhkan untuk membimbing dan mengarahkan anak remaja supaya tidak kehilangan kontrol dirinya (self control). Telah banyak diketahui bahwa usia remaja merupakan suatu masa yang di mana saat itu timbul rasa ingin menunjukkan diri ”ini aku”. Oleh karena itu sikap meniru pada kalangan remaja merupakan suatu bentuk dari masa pubertas yang dialami oleh keadaan jiwa yang masih labil. Artinya jika mereka tidak dapat mengontrol diri dengan baik dan apabila waktu luang juga tidak dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin, maka perbuatan iseng dan kenakalan lainnya mudah sekali terjadi karena kaum remaja selalu tertarik untuk mencoba hal-hal baru.

Kemajuan di bidang teknologi baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap moral remaja. Sebagian besar remaja baik di perkotaan maupun di pedesaan sudah dapat menikmati perkembangan teknologi, mulai dari handphone, televisi, dan internet yang sudah sangat akrab dengan kehidupan remaja. Teknologi yang ada saat ini memang sangat membantu penggunanya untuk memperoleh kemudahan dalam berkomunikasi serta dalam memeperoleh informasi. Sedangkan dalam dunia pendidikan, internet dapat membantu siswa untuk mengakses berbagai informasi dan ilmu pengetahuan serta sharing riset antarsiswa terutama dengan mereka yang berjuauhan tempat tinggalnya. Jarak dan waktu sudah tidak menjadi masalah lagi. Tetapi teknologi yang semula diciptakan untuk kemaslahatan kehidupan umat manusia juga membawa berbagai dampak negatif, khususnya terhadap generasi muda yang dalam hal ini yaitu remaja.

Pada hakikatnya, kemajuan teknologi dan pengaruhnya dalam kehidupan adalah hal yang tidak dapat dihindari. Akan tetapi, kita dapat melakukan tindakan yang bijaksana terhadap diri sendiri, keluarga dan juga masyarakat luas agar kemajuan teknologi yang semakin dahsyat ini tidak sampai menggeser jati diri kita sebagai manusia yang memiliki norma dan nilai-nilai pekerti luhur. Bagaimanapun, masyarakat harus melakukan suatu tindakan representative dan preventif, agar semaksimal mungkin dapat mencegah pengaruh negatif teknologi terhadap anak-anak khususnya kaum remaja yang merupakan generasi emas yang akan menjadi penerus perjuangan dalam membentuk bangsa yang berakhlak dan berbudaya di masa yang akan datang.

Bagi setiap remaja yang baru mengalami kebangkitan seksualitas untuk pertama kalinya biasanya perasaan-perasaan yang bergejolak itu membingungkan dan membuatnya frustasi. Perasaan-perasaan seperti ini dan perkembangannya nanti dalam cinta yang lebih mendalam dan lebih masak, merupakan salah satu aspek pokok dari tahap perkembangan baik secara kultural, biologis, maupun pribadi. Setiap remaja memasuki tahap ini pada massa pubertas, dan sementara ia bertambah dewasa, bagaimanapun juga ia harus menemukan jalan sendiri. Film, TV, dan buku juga membanjiri kaum muda dengan informasi dan rangsangan seksual. Meskipun begitu, di kalangan remaja masih terdapat kesalah-pahaman dan ketidaktahuan tentang seks, hubungan intim, dan cinta (Dr. James E. Gardner, 1996:125).

Kaum remaja jarang mampu belajar tentang cinta dengan cara mengamatinya. Nilai budaya kita masih menganggap tabu untuk membicarakan seks, padahal pendidikan seks sangat penting diberikan untuk remaja. Dengan kondisi remaja yang sangat minim pengetahuan tentang seks serta kondisi psikologis seperti yang telah dijelaskan tadi, maka teknologi yang ada saat ini disalahgunakan guna untuk mengetahui hal-hal yang dianggap tabu tadi.



METODE
Metode yang dipakai dalam membuat jurnal ini adalah membaca buku sebanyak dua buah yaitu Pornomedia (Sosiologi Media, Konstruksi Sosial Teknologi Telematika, & Perayaan Seks di Media Massa) dan Memahami Gejolak Massa Remaja. Masalah sosial merupakan masalah yang selalu berubah-ubah dan berkembang sesuai dengan zamannya, karena itu tidak cukup dengan hanya menggunakan satu atau dua referensi saja. Perlu adanya update informasi yang diperoleh dari internet dan dari berbagai sumber lainnya.

Dari beberapa informasi yang telah didapat, kemudian dibandingkan dengan kenyataan yang ada saat ini. Apakah memang informasi yang telah didapat tadi relevan dengan kenyataan yang ada ataukah kurang mengena dengan fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini. Dari berbagai fenomena yang telah didapat tadi, dicari jalan keluar yang akhirnya dapat meminimalisasi bahkan mengatasi keadaan tersebut.

HASIL
Saat ini ketika masyarakat sudah terbuka, kemajuan teknologi semakin berkembang, maka konsep pornografi juga telah bergeser dan berkembang. Karena itu secara garis besar, dalam wacana porno atau penggambaran tindakan pencabulan (pornografi) kontemporer, ada beberapa varian pemahaman porno yang dapat dikonseptualisasikan seperti pornografi, pornoteks, pornosuara, pornoaksi.

Dalam konteks media massa, pornografi, pornoteks, pornosuara, dan pornoaksi menjadi bagian-bagian yang saling berhubungan sesuai dengan karakter media yang menyiarkan porno itu. Namun dalam banyak kasus, pornografi mempunyai kedekatan dengan porno teks, karena gambar dan teks dapat disatukan dalam media cetak. Sedangkan pornoaksi dapat bersamaan pemunculannya dengan pornografi karena ditayangkan di televisi. Kemudian pornosuara dapat bersamaan muncul dalam media audiovisual, seperti televisi maupun radio dan media telekomunikasi lainnya seperti telepon. Bahkan berbagai varian porno ini menjadi satu dalam media jaringan seperti internet. Agenda media tentang varian porno dan penggunaan media massa dan telekomunikasi ini untuk menyebarkan pencabulan tersebut dinamakan pornomedia.

Gagasan bahwa seks adalah tindakan yang bebas dan alamiah, serta merupakan bagian dari cinta dan keintiman antara pria dan wanita, rupanya bertentangan dengan sikap lama yang menganggap seks demi kesenangan atau seks di luar perkawinan adalah dosa dan salah. Pendapat tersebut masih ada tetapi sebagian besar sudah berubah, terutama di kalangan remaja dewasa ini. Hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi seperti media cetak, siaran TV, internet, dan media lainnya.

Tidak jarang orang-orang dengan kepentingan tertentu menyuguhkan pengalaman pribadinya ke dunia publik, yaitu mengungkapkan kerusukan-kerusakan seks (berbagai tulisan mengenai pengalaman seks pribadi atau gambar-gambar porno koleksi pribadi) yang merupakan tindakan semena-mena dan tidak bertanggungjawab secara sosial bagi perbaikan norma di masyarakat. Hal tersebut sama saja dengan sengaja ikut mencemari atau memindahkan kerusakan yang sudah terjadi di lingkup pribadi ke lingkup yang lebih luas, yaitu dunia publik. Kerusakan itu terlihat dari berbagai reaksi dari penyimpangan norma-norma seksual di kalangan remaja, penerimaan terhadap pornografi, porno media, pornoteks, pornowicara, pornoaksi, dan lain sebagainya yang terjadi di kalangan generasi muda. Kerusakan tersebut juga terjadi di level media massa di mana orang-orang media memanfaatkan isu-isu seksual itu untuk komoditas pers mereka, sehingga kerusakan sosial menjadi sangat cepat dan dasyat serta menyebar ke mana-mana dan semakin tidak terkendalikan.

Bukan hanya itu, di jalan-jalan dengan mudah dijumpai orang-orang menjual CD serta tabloid porno dengan harga yang murah. Di jalan serta di supermall juga banyak ditemukan gambar-gambar perempuan setengah telanjang dengan ukuran yang super besar dan mencolok mata di pojok-pojok ruang publik kita. Sepertinya tidak ada ruang domestik dan publik yang terlepas dari serangan porno ini. Kenyamanan yang terganggu tersebut sangat terasa ketika anak-anak remaja ikut menyaksikan gambar-gambar porno tersebut. Di satu sisi orang tua melarang anak-anak mereka melihat pornografi, namun gambar-gambar itu dapat mereka saksikan di mana-mana.

Toffler berpendapat bahwa saat ini peranan media massa sebagai media informasi dalam menyampaikan pesan-pesan perubahan masyarakat begitu sangat penting. Tetapi terkadang pesan-pesan positif yang di bawa media massa dimodifikasi menjadi negatif. Misalnya saja konsultasi seks yang seharusnya ditangkap secara positif oleh pembaca tetapi malah disalah artikan untuk dinikmati dan bukan sebagai pelajaran.

Pelanggaran norma seks dan pornografi di dunia maya terjadi dalam skala yang tidak bisa dibatasi, baik melalui penutupan jaringan-jaringan seks dan pornografi, sampai pada tingkat kebijakan. Kesulitan ini muncul karena jaringan yang dapat mengakses seks dan pornografi begitu banyak dan luas, sehingga sulit menentukan dari mana menutup jaringan-jaringan tersebut. Hal ini semakin mempersulit keadaan, karena pornografi melalui internet sulit untuk diminimalisasikan.

PEMBAHASAN
Perkembangan teknologi merupakan salah satu faktor ekstern yang menyebabkan kemunduran moral remaja saat ini. Kemajuan teknologi memang membawa banyak kemudahan bagi masyarakat untuk memperoleh informasi, bekerja, memperlancar komunikasi, dan lain sebagainya. Tetapi kemajuan teknologi juga membawa dampak negatif bagi masyarakat, khususnya remaja. Hal ini terjadi dikarenakan mereka kurang bisa memfilter setiap informasi yang mereka dapatkan.

Di sisi lain, penyebaran informasi yang sedemikian cepat dan ditambah keingintahuan remaja tentang masalah seks yang begitu besar sering mengakibatkan remaja mengalami perubahan pola pikir. Perubahan itu memengaruhi cara pandang remaja terhadap seksualitas dan membentuk perilaku seksual tersendiri.

Perkembangan zaman dan teknologi selalu dikaitkan dengan masalah cara berpakaian remaja saat ini. Karena sebagian besar remaja selalu mengikuti mode yang berlaku dalam berpakaian. Yang paling menyedihkan gaya berpakaian remaja tersebut cenderung mengikuti mode barat yang kita tahu bahwa mode yang dipakai oleh orang barat kebanyakan menyimpang dari moral. Sedangkan Indonesia sendiri terkenal dengan kesopanan dan budi luhurnya. Secara tidak langsung hal tersebut akan menghilangkan citra baik bangsa Indonesia sebagai Negara yang sopan dan berbudi luhur.

Gaya berpakaian yang mereka saksikan dari televise, internet, dan media-media lain sangat berpengaruh buruk, karena model-model pakaian yang saat ini sedang tren adalah model pakaian yang terlalu minim, ketat, dan kurang sopan sehingga menimbulkan ketertarikan seksual terhadap lawan jenis. Hal tersebut akan berakibat pada tindak pelecehan, pencabulan, dan pemerkosaan diantara remaja.

Televisi merupakan produk modernisasi yang memberikan dampak besar terhadap kehidupan dan perubahan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Siaran televisi saat ini memang kurang memberikan nilai edukatif bagi remaja, bahkan siaran televisi tersebut kebanyakan banyak memuat nilai amoral yang tidak layak untuk dikonsumsi oleh remaja. Jika di perhatikan dalam berbagai program televisi seperti sinetron maupun reality show banyak menayangkan tentang pergaulan bebas, pornografi, kekerasan, hedonism, dan sebagainya. Hal ini tentu saja bukanlah tayangan yang sehat untuk dikonsumsi remaja.

Industri pertelevisian di Indonesia cenderung mengejar rating, bukan kualitas tayangan yang mendidik untuk masyarakat. Rating merupakan alasan satu-satunya untuk menumpuk modal sehingga menjadi peluang bisnis bagi pihak stasiun TV yaitu misalnya berupa banyaknya iklan yang masuk. Dalam hal ini terjadi korelasi yang negatif antara pemirsa dan pekerja media yang menyebabkan semakin berkembangnya rating, sehingga tayangan televisi semakin tidak bermutu dan tidak bernilai edukasi bagi publik.

Ada beberapa stasiun televisi menayangkan tingginya tingkat pelecehan seksual, aborsi, dan hubungan seks bebas di kalangan remaja. Hal tersebut sangat mencemaskan para orang tua, perkembangan seksualitas yang muncul sebelum waktunya. Pola pikir anak-anak yang seharusnya bermain harus berganti menjadi cara bergaul orang-orang yang usianya jauh diatas mereka.

Berbagai acara televisi yang menayangkan tentang pergaulan bebas yang sarat dengan dunia gemerlap (dugem), mengonsumsi obat terlarang, cara berpakaian yang terlalu minim, goyang-goyang yang sensual para penyanyi dangdut, kisah percintaan remaja hingga menimbulkan seks bebas, ucapan-ucapan kasar, inilah yang seringkali menjadi contoh yang tidak baik bagi remaja-remaja untuk mengikuti perilaku tersebut.
Disadari atau tidak, iklan-iklan yang ada di televisi kebanyakan juga mengandung unsur pornografi. Seperti iklan shampoo, sabun, produk minuman berstamina, dan lain sebagainya sebagian besar menunjukkan sisi pornografi. Hal ini memang sepele dan jarang orang yang memperhatikan, tetapi sedikit banyak hal yang dianggap sepele ini mempengaruhi seksualitas remaja.

Dari tayangan-tayangan tersebut ada remaja yang tidak terpengaruh, tetapi ada juga yang terpengaruh karena ingin mencari sensasi atau mencari perhatian di lingkungan pergaulan agar disebut dan diakui sebagai remaja yang gaul. Remaja inilah yang rentan terhadap perbuatan iseng dan melakukan berbagai jenis kenakalan, misalnya menonton film porno karena ketertarikannya akan program televisi yang bersifat sensualitas hingga menimbulkan suatu bentuk penyimpangan dalam bergaul. Cara berpacaran yang sudah melewati batas hingga menimbulkan seks bebas di kalangan remaja dan akhirnya banyak diantara remaja yang menikah usia muda. Selain itu juga dapat menimbulkan pemerkosaan dan pencabulan di kalangan remaja.

Dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan pemirsa akan hiburan, pemilik stasiun televisi mengesampingkan efek negatif yang akan meracuni generasi penerus bangsa. Perlahan-lahan moral generasi penerus menjadi tergerus arus negatif pengaruh tayangan televisi sehingga akhirnya terdegradasi. Apabila hal ini terus terjadi, pembangunan di negeri ini masa mendatang juga akan semakin tersendat bahkan negeri ini akan semakin terpuruk berkat sumber daya manusia (SDM) yang lemah.

Untuk mencegah atau setidaknya meminimalisasi hal tersebut, masyarakat harus diberi ruang untuk mengkritisi tayangan-tayangan yang ada di televisi sehingga tidak lagi hanya menerima secara sukarela tayangan-tayangan yang disodorkan oleh pengelola televisi, tetapi masyarakat juga berhak mendapat tayangan yang layak dan bernilai edukatif. Di samping itu, sangat dibutuhkan peran dari pemerintah yang sedang berkuasa saat ini untuk membangun SDM yang bermutu. Hal ini bisa dimulai dengan pembangunan moral masing- masing individu remaja. Sehingga, diharapkan nantinya dengan kualitas moral yang baik, santun, dan tidak memiliki tradisi kekerasan, para remaja dapat memperjuangkan dan membawa bangsa dan negara ini menjadi lebih baik. Hal ini memang membutuhkan proses yang panjang dan tidak mudah.

Masyarakat khususnya remaja perlu diajari bagaimana menilai dan menyeleksi tayangan televisi dengan rating kualitas, bukan terbawa arus degradasi moral. Sehingga tayangan-tayangan televisi yang dihadirkan ke publik, lebih mengarah ke pendidikan. Di sisi lain, diperlukan regulasi yang tegas dari pemerintah dalam menindak berbagai jenis pelanggaran agar pers jera, tetapi tidak sampai membekukan kreativitas dan kebebasan pers sendiri. Selain itu, pembinaan terhadap pengelola televisi agar memproduksi tayangan yang berkualitas, bermutu, jauh dari adegan kekerasan, serta memberikan pendidikan dan pencerahan terhadap masyarakat terutama para remaja mutlak dilakukan. Sehingga tidak mempengaruhi para remaja dan pelajar untuk melakukan penyimpangan seksual atau perbuatan lain yang menyimpang dari norma-norma adat dan agama.

Banyak fenomena psikologis yang muncul akibat pesatnya perkembangan teknologi internet yang sekarang ini tidak hanya dikalangan dewasa atau remaja,
bahkan sudah menjalar pada anak – anak kecil, seperti yang diungkapkan Jamaludin Ancok bahwa dalam media internet dapat digunakan untuk menjalin hubungan yang disebut pacaran melalui program internet relay chating.

Tentu tidak semua informasi yang disajikan adalah informasi yang layak diakses oleh remaja. Karena terkadang melalui internet mereka dapat dengan bebas menyaksikan segala hal yang berbau pornografi dan pornoaksi yang memang dapat diakses dengan mudah di dunia maya (internet). Walaupun film porno dan cerita porno dapat didapat dari berbagai sumber namun kehadiran internet dapat mempermudah perolehan pornografi tersebut. Hal ini tentu menimbulkan efek yang kurang baik bagi perkembangan kepribadian remaja. Dari yang semula mereka merasa tabu tentang seks, sampai akhirnya mereka melihat seksualitas yang diobral di internet tanpa pengarahan serta bimbingan yang tepat dan mereka merasa penasaran bahkan mencobanya.

KESIMPULAN
Remaja dan anak – anak memiliki rasa ingin tahu tentang ilmu seksualitas yang mungkin belum mereka dapatkan di lingkungan rumah atau sekolah, tetapi mereka dapat mengetahui secara jelas dan nyata melalui media gerak yang sebelumnya hanya mendengar dari teman-temannya tanpa tahu sendiri seperti apa hal yang dibicarakannya tersebut. Rasa keingintahuannya tersebut bisa dijawab dengan mudah melalui situs internet yang bisa diakses tanpa ada orang lain yang tahu.

Perkembangan teknologi memang berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan seksualitas remaja. Dari tayangan televisi, majalah, internet, dan lain sebagainya, seolah memberikan peluang kepada remaja untuk mengobati rasa keingintahuannya terhadap seks. Akhirnya mereka membuka situs-situs porno yang baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap perkembangan seksualitas remaja. Akibatnya terjadi perkembangan seksual sebelum waktunya bahkan terjadi penyimpangan seksual.

SARAN
Memang sudah selayaknya anak mendapatkan pendidikan seksual sejak dini untuk mencegah penyimpangan seksual ataupun meminimalisasinya agar anak tidak terjerumus dalam tindak penyimpangan teknologi seperti yang telah dijelaskan di atas. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan, dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat. Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar. Penyampaian materi pendidikan seksual ini seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anak serta daya tangkap anak.

Namun sayangnya di Indonesia, tidak sedikit orang tua yang mampu memberikan informasi dan pengetahuan seputar masalah seksualitas, karena membicarakan ataupun mempelajari seks masih dianggap tabu oleh masyarakat. Oleh karena itu, peran pendidikan formal maupun non formal sangatlah besar dan signifikan dalam memberikan pendidikan seksual di kalangan remaja.

DAFTAR RUJUKAN
Baroto, Aji. 2008. Mencegah Pengaruh Negatif Internet Terhadap Perkembangan Seksualitas Anak, (Online), (http://chinmi.wordpress.com/2008/02/11/mencegah-pengaruh-negatif-internet-terhadap-perkembangan-seksualitas-anak/, diakses 27 mei 2010).
Bungin, Burhan. 2005. Pornomedia (Sosiologi Media, Konstruksi Sosial Teknologi Telematika, & Perayaan Seks di Media Massa). Jakarta: Kencana.
Gardner, James E. 1996. Memahami Gejolak Massa Remaja. Jakarta: Penerbit Mitra Utama.
Jauhary, Hadziq. 2009. Pengaruh Teknologi Informasi ke Dalam Pergaulan Remaja, (Online), (http://vanhilrel.wordpress.com/2009/02/15/pengaruh-teknologi-informasi-ke-dalam-pergaulan-remaja, diakses 24 mei 2010).
Ulhaque, Raudhah El-Jannah Raheem. 2008. Kemajuan Teknologi dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Remaja dan Masyarakat Bawean, (Online), (http://www.bawean.net/2008/09/kemajuan-teknologi-dan-pengaruhnya.html, diakses 24 mei 2010).

0 komentar:

Posting Komentar